Walau Tidak Bisa Menebak Apa yang Terjadi di Masa Depan, Bersamamu Aku Memilih Tetap Setia

shares |

Catatan ini sengaja kutulis dan kemudian kusisipkan di saku mantelmu, supaya bisa dengan mudah kau temukan lalu kau baca. Mungkin kau akan membacanya ketika hendak pergi, setelah menutup rapat pintu kamarmu dan memasukkan kunci ke dalam tas. Tenang saja Sayang, di surat ini tidak akan kau temukan kata-kata yang akan membuat tekanan darahmu meninggi. Tak ada pula rentetan kalimat yang akan kembali mengoyak hatimu sekali lagi. 

Di surat yang akan segera kau baca habis ini hanya ada tumpukan asa milikku yang menunggu untuk kau amini. Harapanku hanya satu, semoga kau percaya dan turut meyakininya.

Belum lama ini kita mendiskusikan kemungkinan perpisahan. Bukan topik favoritku, namun memang berbicara tentang hal itu kita rasa perlu.
Ulva And Sulfitrah
Di kepalaku masih tercetak jelas kenangan ketika kita membicarakan kelanjutan hubungan kita berdua, di suatu malam, ketika musim penghujan. Bukan topik yang kugemari, dan seandainya bisa, aku pun akan memilih untuk tidak membicarakannya. Memang hubungan yang kita lakoni ini umurnya sudah tak muda lagi. Jika diibaratkan sebuah pohon, ia sudah tumbuh menjulang dengan banyak daun yang membuat rindang. Tentunya kau pun sudah khatam mendengar paribahasa nenek moyang, kata mereka makin tinggi pohonnya makin keras pula angin yang menerjang. Mungkin itu juga yang sedang kita alami.


Malam sebelumnya kita sedang sama-sama emosi kemudian saling berkata dengan nada tinggi. Keputusan yang tak matang pun sempat muncul ke permukaan. Membuatmu dan aku sama-sama lunglai setelah lelah beradu pendapat yang membuat otot leher terlampau kencang. Setelah suasana berada di bawah kendali, kita pun membicarakan tentang apa yang terjadi tanpa mengikutsertakan emosi. Bahwa mungkin kau dan aku memang tak lagi sejalan dan bertumbuh ke arah yang berbeda.


Kita sempat meyakini bahwa mengurai ikatan merupakan jalan terbaik untuk berdua. Namun, kemudian kita sama-sama menyadari bahwa perpisahan merupakan keputusan yang tak tepat untuk dibuat.

Kita memang pernah mengalami beberapa pertengkaran menyakitkan. Namun seperti yang sudah ditunjukkan, kita punya kemampuan lebih untuk terus bersabar.
Ulva And Sulfitrah
Lamanya menjalin hubungan membuat kau dan aku babak belur dihajar berbagai permasalahan. Aku dengan sifat keras kepalaku begitu juga denganmu dan kecemburuanmu. Membuat kita harus sering-sering melafalkan kata sabar. Kita pun sering tak sejalan. Langkah kita terkadang tak berirama karena seringnya kita berbeda ambisi. Aku ingin cepat berlari, kau justru ingin duduk demi melemaskan kaki.


Genggaman tangan yang ada pun tak lagi seerat dulu. Mungkin saja aku atau kamu memang sedang dibelit jemu. Sayang, anggap juga mungkin ini adalah cobaan yang memang bagian dari perjalanan. Dan, bukankah setiap cobaan yang datang selalu menuntut untuk dihadapi dengan gagah berani? Aku akan mengerem langkah-langkah kakiku, demi mengimbangi langkah milikmu. Tak akan kubiarkan kita berjalan sendiri-sendiri.

Untuk apa berpisah sekarang padahal kita telah mengumpulkan banyak kenangan? Jika kita menyerah saat ini juga, semua usaha yang telah kita kerahkan akan jadi sia-sia
Ulva And Sulfitrah
Sayang, ingatkah kau akan banyaknya kenangan yang telah kita gurat bersama? Dari mulai perkenalan hingga detik ini ada. Aku dan kamu telah merangkum banyak cerita. Cerita manis banyak kita ukir berdua, cerita sedih yang juga sesekali menyelinap, dan tentunya balok-balok asa serta rancangan masa depan yang telah kita susun bersama.

Aku pun ingat bagaimana dulu kau selalu merebahkan kepala di dekapanku, meminta kembali untuk dikuatkan. Dan ketika aku yang sesekali ingin dimanjakan. Membuatmu harus memenuhi keinginanku yang kadang sedikit menyebalkan. Kita selalu ada untuk saling mengisi hari. Membuat langkah-langkah ke depan makin mantap dalam menapaki bumi.


Bukankah semuanya terlalu berharga jika ditinggalkan begitu saja? Tak ada guna kita menyerah sekarang. Aku meyakini bahwa kita memang dituntut untuk harus berjuang.


Meskipun kita tak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan, aku memilih untuk bertahan. Dalam diam aku selalu berdoa, semoga akhir cerita manis yang akan kita dapatkan.
Ulva And Sulfitrah
Sungguh, aku memilih untuk bertahan. Aku tak ingin bertekuk lutut dan rebah hanya karena begitu mudahnya menyerah. Hubungan ini memang layak untuk diperjuangkan. Ada keberadaan dirimu yang membuatku harus merapal syukur dalam-dalam karena telah dilahirkan dan denganmulah aku disandingkan. Aku pun meyakini, cobaan yang sekarang datang bisa segera ditumbangkan ketika kita saling menopang untuk menghadapinya.
Walau memang masa depan belum jelas tergambar, namun aku selalu berdoa kepada Pemilik Kehidupan. Semoga, menua bersamamu merupakan bagian dari kisah masa depanku.

Sudah selesai membacanya? Selamat melanjutkan harimu, sampai jumpa.
Terimakasi Sudah Berkunjung di Web Kami Semoga Sedikit Artikel di Atas Bermanfaat Bagi Anda.
via : gelombang.org

Related Posts