Sebelum Kau Hina Wajah dan Tubuhku, Pahamilah Aku Juga Punya Hati
20.37.00 |
|
Memiliki bentuk dan rupa yang berbeda dari orang lain memang sering
membuat kita jadi pusat perhatian. Bahkan ada orang yang tak segan
untuk mencibir, menghina, dan mengatakan hal buruk di depan kita
langsung. Pastinya sangat sedih jika mengalami hal ini.
Saat aku masih kecil dulu, aku dulu memiliki tubuh paling besar daripada
seluruh saudara dan sepupuku. Tubuhku tidak gendut, namun hanya besar.
Tubuh besar. Rambut yang keriting seperti mi. Kemudian, seiring
berjalannya waktu, aku merasa baik-baik saja terhadap tubuhku. Aku tak
begitu merasa ada yang salah dengan tubuhku. Tidak terlalu berisi dan
juga tidak terlalu kurus. Tapi, begitu aku sudah kelas 6 SD, aku mulai
berjerawat.

Seorang teman berkata kepadaku, “Ih, kamu jerawatan!” Lalu beberapa hari kemudian, satu jerawat lagi muncul. Satu di pipi kanan dan satu di kiri. Temanku yang itu memanggilku “Jerawat Simetris!” karena letaknya yang sejajar. Alhasil, semua orang di sekolah mulai memanggilku itu. Aku mencoba bersabar. Untunglah Bunda menghiburku dengan kata lembutnya. “Jerawat itu artinya kamu sedang dalam masa pubertas. Artinya kamu yang paling dewasa di antara semuanya.” Aku pun mulai merasa tak begitu sedih lagi.
Kemudian aku duduk di bangku SMP, seorang temanku dari SD (masih orang
yang sama) datang menghampiriku dan berkata, “Kok elo makin pendek, ya,
Din? Padahal dulu waktu SD kita tingginya sama.” Sejak saat itu semua
orang semakin banyak mengatakan hal yang sama. “Kok kamu pendek banget,
ya?” “Kok kamu nggak tinggi-tinggi, ya?” “Kamu nggak pernah berenang
apa?”
Tidak hanya teman-temanku saja yang berkata demikian. Namun
keluargaku mulai mengatakannya kepadaku. Kadang diselipkan dengan nada
yang kurang ramah di telingaku. “Kamu memang pendek. Kenapa mesti nangis
kalau orang bilang itu? Kan mereka nggak bohong?” perkataan Bunda saat
itu bagaikan sebuah tamparan. Aku tahu mereka berkata jujur. Namun
tetap saja rasanya sakit untuk kuterima. The truth hurts!
Aku semakin jarang bersosialisasi. Karena jika aku bersosialisasi dengan
siapa saja, saudara sepupu, teman sekelas, mereka pasti akan
mengkritikku dengan pedas. Stres mulai melandaku setiap harinya.
Jerawatku semakin banyak dan membekas. Lalu tubuhku juga tak kunjung
tinggi. Setiap hari orangtuaku akan memaksaku untuk berenang padahal aku
baru saja selesai beraktivitas di sekolah. Karena itu kehidupanku saat
SMP tidak begitu baik. Peringkat yang rendah. Nilai yang jelek.
Kemudian teman-teman yang selalu mengkritik. Bahkan aku juga menjadi
korban bullying.
vemale.com