Karena yang Menemanimu dari Nol adalah yang Patut Diperjuangkan
20.35.00 |
|Senja sore pun berlalu, berganti dengan gelapnya malam yang indah,
suasana lirihan angin yang sedang menari, dan kicauan jangkrik yang
menemaniku malam hari ini.
Menganggapmu remeh, memang! Namun itu dulu, seiring berjalannya waktu, engkau yang paling patut dipertahankan.
Hai kau yang disana, tak usah mencemaskanku berlebihan disini,
tenanglah.. aku adalah gadis yang sudah terbiasa berteman sepi yang akan
tetap selalu menunggu kehadiranmu ini.
Mencintaimu adalah salah satu tanggung jawab bagiku. Dengan umur yang
dewasa ini aku tidak bisa menganggap cinta hanya soal romansa saja,
namun pada hal yang membuat kita bisa membiakkan mimpi nantinya.

Menganggapmu remeh, memang! Namun itu dulu, seiring berjalannya waktu, engkau yang paling patut dipertahankan.
Aku menyesal, yah aku menyesal atas perlakuanku padamu dulu, yang selalu
membuatmu kecewa, yang membuatmu merasa terbebani. Aku tidak tahu,
entah apa yang membuatku seperti itu, aku adalah anak kelas 1 SMA yang
masih tidak tau apa-apa. Apalagi soal cinta.
Pacaran pun belum pernah. Namun aku sadar, di balik perlakuanmu yang tak
kunjung-kunjung menyerah terhadap sifatku, yang suka marah, dan nangis
seenaknya. Tapi kau tetap bertahan mempertahankanku. Kau tetap
merayuku, membujukku seperti anak kecil, mengalah, padahal aku sudah
tahu bahwa itu semua adalah salahku.
“Kenapa?”
“Kenapa kau seperti itu padaku?”
Cinta ini mungkin membuat dirimu seperti orang yang akan tetap selalu
menerima cobaan, meskipun kamu tau bagaimana resikonya. Melihat
perjuanganmu membuatku luluh, membuatku mengerti dan menyadari bahwa
saat kita ditimpa masalah dan bisa menyikapinya dengan baik justru saat
itu pula kita menjadi dewasa.
Saat aku berusaha untuk mencoba menghindar darimu, justru kau malah
selalu ada buatku. Saat itu pula ku tahu akan ketulusan cintamu, maafkan
aku yang membuatmu sakit atas perlakuanku.
"Namun orang seperi inilah yang patut diperjuangkan dan dipertahankan hingga kapanpun."
Aku tidak gombal. Ini memang serius, aku menyesal atas tingkah lakuku dulu kepadamu. Maafkan aku.
Berubahnya dirimu dengan drastis, salah satunya hanya karena aku sebagai alasan yang menjadi penyemangat dalam hidupmu.
Berubah di sini bukan berarti berubah atas sesuai keinginan pasangan,
aku juga tidak berlebihan menuntutmu apa-apa. Hanya karena semangatmu
yang berkobar dalam mencapai impian dan untuk memenangkan hati kedua
orangtuaku serta meyakinkannya.
Itulah dirimu yang membuatku merasa semakin kagum padamu. Sedikit demi
sedikit kau bisa menunjukkan padanya. Asal kamu tahu, semakin lama aku
semakin menyayangimu, yang saat kau mengatakan bahwa aku adalah salah
satu penyemangat dan inspirasi dalam hidupmu. Hatiku seperti menari-nari
waktu itu. Rasanya aku ingin berteriak dan mengatakan:
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa’’
“Apakah ini benar?”
Terserah kamu menganggap aku alay atau bagaimana, tapi aku bangga
senggaknya aku bisa berguna padamu. Kau jarang sekali menujukkan sikap
romantismu dengan perkataan. Tapi kau langsung menunjukkan dengan
perbuatan-perbuatanmu.
Semakin hari kau semakin buatku jatuh cinta. Kau adalah cinta pertamaku.
Yang entah apa alasannya tapi yang pasti kau sudah hebat bisa
memenangkan hati kedua orangtuaku.
Aku adalah gadis yang sedang jungkir balik berjuang memantaskan diri untukmu.
Saat ini kau sedang sibuk memperjuangkan apa yang menjadi tujuan dari
impian-impianmu itu. Akan ada hal di mana aku harus bisa menerima risiko
atas tindakanmu itu, bahkan kita sudah tidak saling bisa bertemu dan
bertelepon atau sms sesering dulu.
Tapi tak perlu kau mencemaskanku sayang, aku gadis yang sudah terbiasa
berteman sepi, yang mungkin pada kenyataanya aku juga ingin bertemuu
denganmu. Aku harus bisa menyingkirkan egoku. Keinginan itu harus
kulerai dulu. Bukan berarti aku hanya setia menunggumu, namun aku juga
berjuang disini untuk cinta yang berkualitas nanti.
Mencemaskanmu memang salah satu hal yang selalu aku rasakan. Namun aku
yakin padamu, bahwa kecemasan itu tidak akan terbuang sia-sia.
Kesibukanmu yang membuat kita tidak sering bertemu memberikan waktu
luang yang banyak untukku untuk belajar.
Yah, belajar bagaimana aku bisa memenangkan hati kedua orang tuamu. Yah
kita berganti, saat kau bisa.. mengapa aku tidak bisa? Karena dalam
menjalin hubungan bukan hanya kita saja yang menjalankan, namun dukungan
orang lain juga perlu. Aku tahu sayang, ini masih butuh proses
panjang. Tapi percayalah padaku, aku berusaha menjadi calon istri yang
bisa diterima keluargamu nanti.
Sampai tiba saatnya nanti, kita di persatukan dan menjalankan kehidupan baru menjadi tidak canggung lagi.
Setelah penantian panjang kita lalui, impian harapan masa depan kita
rencanakan sedari dulu. Sampai itu semua sudah terpenuhi, disitulah aku
sudah tidak canggung lagi kepadamu sayaang, saat aku sudah sering
terbiasa melihat mukamu saat bangun tidur dengan rambut yang berantakan.
Saat itulah kebahagian yang kita nanti-nantikan, aku tau dalam
menjalankan hubungan ini tidak melulu kita bahagia. Bertengkar, berbeda
pendapat sudah menjadi hal yang tabu bagi kita. Saat kita bak besi yang
sudah bisa melebur jadi satu disitulah kita bisa menjalankan ritme
hidup ini bersama. Bahkan tujuanku dari dulu adalah aku bisa
membahagiakanmu duhai calon suamiku.
Ketika aku sudah memutuskan untuk bersanding denganmu, di situ kamu
harus percaya bahwa aku memilihmu karena aku nyaman denganmu. Semoga Kau
Kan Tetap Menjadi Cinta Pertama dan Terakhirku.
Semoga kau bisa memahami apa yang aku tuliskan untukmu ini. “My First Love”.
idntimes.com